IT’S OKAY TO NOT BE OKAY

Jika engkau merasa tidak baik-baik saja, ketahuilah itu bukanlah sebuah dosa

Jika engkau merasa tidak sanggup, ketahuilah itu bukanlah hal tercela

Jika engkau merasa lemah, ketahuilah itu bukanlah sebuah kesalahan

Jika engkau merasa lelah, ketahuilah itu bukanlah sebuah aib dan kekurangan

Itu semua hal yang wajar. Maka terimalah dirimu dan peluklah dirimu dengan erat !

Tahu tidak ? bahwa salah satu sumber racun dan masalah dalam diri kita adalah ”berpura-pura pada diri sendiri”. Tidak jujur pada diri sendiri sebenarnya sangat berbahaya apalagi jika sudah menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini akan mempengaruhi kehidupanmu, kesehatan mental dan psikismu dan dampak lainnya.

Seringkali dalam hidup ini kita selalu memakai topeng dan menipu diri sendiri. Pura-pura baik-baik saja agar terlihat kuat. Entah karena malu atau tidak mau dianggap sebagai orang lemah. Selalu berupaya untuk tampak sempurna . Seolah harus menyembunyikan luka yang sedang kita rasakan, seolah-olah menjadi manusia itu tidak boleh lemah, harus selalu kuat dan baik-baik saja. Betapa sering kita mengabaikan emosi negatif, entah rasa sedih, kecewa atau marah. Menahan diri untuk tidak mengekspresikan emosi itu, hanya karena orang-orang memandang jika mengeluh apalagi menangis adalah tanda ‘kelemahan’.

Dan betapa banyak kalimat yang sebenarnya toxic namun seolah positif yang menyatakan kita harus selalu kuat dan baik-baik saja. Tanpa sadar dengan pola pikir seperti itu, kita jadi menyakiti diri sendiri. Kita jadi tidak peka terhadap diri sendiri dan juga kita merasa bersalah jika mengeluarkan emosi yang sedang kita rasakan.  Salah satu contohnya, saat kita menangis, banyak yang menilai itu adalah kelemagan. Mereka bilang, “Jangan menangis ! Kamu cengeng sekali, lemah”. Padahal menangis adalah salah satu cara manusia melampiaskan emosinya yang selama ini kita pendam. Hal ini jika dibiarkan akan menjadi racun yang berbahaya bagi kesehatan mental kita.

Mengapa bisa demikian? karena sejatinya emosi negatif dihasilkan oleh otak untuk memperingatkan adanya bahaya. Namun apabila selalu diabaikan, emosi negatif tersebut terus  menumpuk dan akhirnya kita tidak dapat menilai realita diri kita secara tepat dan tidak lagi peka pada diri sendiri karena menganggap semua masalah akan berlalu dengan sendirinya, seolah semua masalah dapat selesai dengan kalimat yang kesannya ”positif”, padahal tidak semua masalah dapat terselesaikan hanya dengan kata-kata positir yang inspiratif.

Kawan, setiap kita pasti pernah merasakan dalam hidup ini satu kondisi sulit, merasa ”down”, merasa di titik terendah, merasa sedih, lelah, kecewa, marah, dan tidak baik-baik saja. Orang-orang di sekitarmu pun seolah tak ada yang mendukung usahamu. Sampai ada satu waktu, dirimu merasa dunia hancur, merasa dirimu adalah orang paling sengsara di dunia, merasa dunia tidak adil padamu. Ketahuilah, itu semua adalah hal yang wajar dan sudah selayaknya rasa itu engkau terima kehadirannya dalam hidupmu.

Dan jika engkau mengungkapkan rasa sedihmu, rasa kecewa dan marahmu itu pun adalah hal yang wajar saja. Mengeluh apalagi menangis itu bukan berarti kamu lemah. Tidak mengapa, sesekali kamu melakukannya. Itu justru membuatmu lebih mengenali dan menyayangi dirimu sendiri.

Mengakui bahwa kita sedang merasa tidak baik-baik saja bukanlah hal yang mudah, karena kita cenderung hanya mengakui emosi-emosi positif yang hadir dalam hidup kita. Namun selain emosi positif, manusia juga dianugerahi emosi negatif yang layak untuk kita akui keberadaannya sebagai langkah pertama untuk mencari pertolongan guna memulihkan keadaan diri.

Ingatlah bahwa hidup ini tak selalu indah. Hidup tak selalu sesuai seperti apa yang kita mau. Jadi mengakui sedang tidak baik-baik saja bukanlah sebuah aib. Karena sebagai manusia yang punya emosi, wajar jika satu saat kita gagal atau tak mampu ‘mengalahkan’ masalah. Maka tidaklah mengapa, jika engkau mengaku kecewa, gagal atau sedih. Bahkan, dengan menerima keadaan, kamu akan menemukan cara untuk perlahan pulih dari luka atau kejadian traumatis. Dengan tidak mengingkari keadaan, kamu akan lebih mudah mengambil pelajaran dari kegagalan itu dan lantas membuka jalan untuk menjadi dirimu yang lebih baik di masa yang akan datang.Jadi ketika kamu merasa sedang tidak baik-baik saja, jalani saja rasa itu. Jangan mencoba menolak, apalagi mengingkari nya.

Engkau tak perlu malu untuk merangkul semua luapan emosi yang kamu rasakan. Dengan merangkul semua emosimu, kamu akan lebih mudah menerima dirimu sebagaimana adanya. Sudah bukan saatnya lagi untuk terus berpura-pura merasa baik-baik saja. Merasa dan mengakui sedang tidak baik-baik saja itu bukan dosa, dan itu justru lebih baik bagi jiwa dan kesehatanmu. Mulailah untuk menerima dan memeluk dirimu sendiri ketika sedang bersedih, takut, kecewa atau bahkan marah. Memvalidasi dan tidak menyangkal perasaan yang kamu rasakan adalah wujud kasih sayang pada diri sendiri. Sesimple itu.

Bukankah selama ini dirimu bisa dengan mudah mengungkapkan perasaan cinta pada orang yang kamu sayangi, bisa dengan enteng memeluk kawanmu saat mereka bersedih dan melakukan segala cara untuk menghiburnya. Bahkan drimu mampu mengapresiasi kebaikan mereka dan berterimakasih. Jika kita bisa melakukan semua itu kepada orang lain, maka seharusnya kita lebih bisa melakukannya terhadap diri sendiri, menerima dan memeluk diri kita ketika sedang bersedih, takut, marah, kecewa dll. Maka mulai sekarang lakukan hal itu juga untuk dirimu sendiri.

Perjalanan mencintai diri sendiri memang  tidak mudah, seperti mendaki gunung, berliku, melelahkan, dan penuh rintangan. Akan tetapi akan tetapi jika engkau berhasil hingga puncak, akan timbul perasaan bahagia dan bangga pada diri sendiri. Dan ketika mencapai titik puncak itu, jangan lupa memberi ucapan terima kasih pada diri sendiri karena sudah bertahan dengan segala hal yang sudah kamu lewati setiap harinya, telah berjuang sekeras dan sehebat ini.

Selamat berproses teman-teman…

dr. Ferihana, M.S.I

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *